Minggu, 23 Maret 2014

Contoh wacana Prolog (lisan) dan Ekspositori (tulisan)


Wacana Prolog
            Suasana sedih menghiasi keluargaku, ketika aku mau berangkat ke Bengkulu Tahun 2011 yang lalu. Ibuku sangat sedih, sepertinya dia tidak mau berpisah dengan anak sulungnya. Ayahku hanya diam sambil membereskan koper kecilku.
Ibu           : “Nak, hati-hati di jalan, yah”. Semoga tiba dengan selamat di tempat tujuan.
                   (Sambil mengeluarkan air mata).
Yohanes   : “Terima kasih, Bu”. “Ibu jangan nangis, Yohanes akan baik-baik saja”.                           (mengusap air mata Ibu)
Ayah        : “Kalau sudah sampe di sana, kabari Ayah dan Ibu”.
                   “Jangan lupa pesan Ayah tadi, di tanah orang harus baik-baik.”
                   “Selalu berdoa dan rajin ke Gereja”. (memegang pundakku)
Yohanes   : “Iya, Yah”. “Saya akan selalu ingat pesan Ayah dan Ibu”. “Ayah dan Ibu juga doa       buat saya, semoga selalu sehat dan lancar dalam kuliah”.
Ibu           : “Doa kami, selalu menyertaimu, Anakku”.
Adik        : “Kaka, kalo pulang jangan lupa beli tas buat adik, yah”. (memeluk aku)
Yohanes   : “Hehehee... Iya dikku yang cantik, Kaka tidak lupa beli tas buat Adik”.
                   “Yang penting Adik rajin belajar dan selalu membantu Ayah dan Ibu”.
(Terdengar klakson mobil yang menjemputku untuk berangkat)
Yohanes   : “Yah... Bu... Yohanes pamit, mobil sudah jemput”. (menyalami Ayah dan Ibu)
Ayah        : “Hati-hati, Nak”.
Ibu           : “Hati-hati yah, Nak”. (kulihat Ibu menangis,dan menggenggam sebuah Rosario)           “Jangan lupa ini dipake”. (Ibu mengalungkan Rosario tersebut di leherku).
Yohanes   : “Terima kasih, Bu”.
(Perlahan kumelangkah sambil menarik koper kecilku dan melambaikan tangan, meninggalkan Ayah,  Ibu, adikku dan rumahku).

Wacana Ekspositori
            Wacana ekspositori ialah memaparkan, memberitahukan, atau menjelaskan secara informal, apa adanya, tidak memaksa pembaca untuk menerima atau menolak isi paparan. Oleh karena itu, wacana ini cendrung disajikan dengan bahasa denotatif dan rasional. Tujuannya ialah untuk menambah pengetahuan pembaca, bukan untuk menimbulkan imajinasi.
Contoh:
            Motang Rua adalah pelopor perjuangan rakyat Manggarai untuk melawan Belanda. Belanda berhasil diruntuhkan oleh rakyat Manggarai di bawah pimpinan Motang Rua. Penjajahan Belanda yang menimbulkan penderitaan bagi rakyat, membuat Motang Rua berani untuk melawan penjajah meskipun nyawa taruhannya. Penaklukannya terhadap  Belanda yang menjajah di daerah Manggarai membawa dampak yang positif bagi rakyat Manggarai. Mereka bisa hidup aman dan nyaman, tetapi keadaan itu tak berlangsung lama. Belanda menggunakan strategi, pura-pura mengajak Motang Rua untuk berdiskusi dengan mereka. Bahwa mereka tidak akan menjajah rakyat Manggarai, jika Motang Rua bisa bekerja sama dengan mereka. Motang Rua tidak menerima tawaran itu. Dia lebih memilih mati untuk rakyat Manggarai daripada harus bekerja sama dengan Belanda. Karena kepicikan dan tawarannya ditolak, tentara Belanda mengasingkan Motang Rua ke Jakarta, setelah itu dibuang ke Aceh. Kondisi fisik Motang Rua yang semakin melemah dan sakit-sakitan, akhirnya dia mengakhiri hidupnya di Aceh. Semangat kepahlawannya tidak pernah dilupakan rakyat Manggarai dan seluruh rakyat NTT. Untuk mengenang jasa-jasa beliau, maka salah satu jalan di kota Ruteng Kabupaten Manggarai diberi nama Jalan Motang Rua. Dan lapangan sepak bola yang letaknya berada di  jantung kota Ruteng namanya lapangan Motang Rua.

Motang Rua adalah pahlawan daerah Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur.


Sejarah bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia dan Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dan Negara


        A.        Sejarah bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia
            Bahasa kita yang dinamai bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Melayu, yaitu salah satu bahasa daerah di bumi nusantara ini. Bahasa Indonesia, digunakan sebagai salah satu bahasa alat yang mempersatukan bangsa yang bersuku-suku, untuk mengusir penjajah Belanda dan meraih kemerdekaan. Selanjutnya, bahasa ini digunakan dalam berbagai kehidupan secara luas, maka tidak ada yang memprotes ketika bahasa Melayu dinobatkan menjadi bahasa Indonesia.
            Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. bukti-bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka 686 M (Bangka Barat), Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti-prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya saja karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 683 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.
            Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara. Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
            Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan-peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka 1380 M, maupun hasil-hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
            Bahasa Melayu yang dipakai di daerah-daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
            Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara.

            Apakah sebenarnya Bahasa Indonesia (Minto Rahayu, 2007:8)?
1.      Prof. Dr. A. Teew (Sarjana Belanda)
Bahasa Indonesia ialah bahasa perhubungan yang berabad-abad tumbuh dengan perlahan-lahan di kalangan penduduk Asia Selatan dan setelah bangkitnya pergerakan rakyat Indonesia pada abad XX dengan insyaf diangkat dan dimufakati serta dijunjung sebagai bahasa persatuan.
2.      Amin Singgih
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang dibuat, dimufakati, dan diakui serta digunakan oleh masyarakat seluruh Indonesia sehingga sama sekali bebas dari unsur-unsur bahasa daerah yang belum umum dari bahasa kesatuan kita. Dengan kata lain, bahasa Indonesia ialah bahasa Melayu yang sudah menyatu benar dengan bahasa suku-suku bangsa yang ada di kepulauan nusantara. Adapun bahasa daerah yang disumbangkan, betul-betul telah menyatu dan tidak lagi terasa sebagai bahasa daerah.
3.      Prof. Dr. R. M. Ng. Purbatjaraka
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang sejak kejayaan Sriwijaya telah menjadi bahasa pergaulan atau lingua franca di seluruh Asia Tenggara.
           
            Jadi, Bahasa Indonesia tak lain adalah bahasa Melayu yang telah menyatu dengan bahasa daerah dan bahasa asing yang berkembang di Indonesia. Mengapa Bahasa Melayu dijadikan bahasa Indonesia? Pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia didasarkan atas pertimbangan yang rasional, baik secara politik, ekonomi, dan kebahasaan, yaitu:
1.      Bahasa Melayu telah tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.
2.      Bahasa Melayu diterima oleh semua suku di Indonesia, karena telah dikenal dan digunakan sebagai bahasa pergaulan, tidak lagi dirasakan sebagai bahasa asing.
3.      Bahasa Melayu bersifat demokratis; maksudnya tidak membeda-bedakan tingkatan dalam pemakaian sehingga meniadakan sifat feodal dan memudahkan orang memperlajarinya.
4.      Bahasa Melayu bersifat reseptif; artinya mudah menerima masukan dari bahasa daerah lain dan bahasa asing sehingga mempercepat perkembangan bahasa Indonesia di masa mendatang.

         B.        Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional
            Dua momen penting keberadaan bahasa Indonesia adalah Sumpah Pemuda dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan Sumpah Pemuda, menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berfungsi:
1.      Lambang Kebanggaan Nasional
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Melalui bahasa Indonesia bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikan pegangan hidup.
2.      Lambang Identitas Nasional
Derajat bahasa Indonesia sama dengan bendera Negara Indonesia. Di dalam melaksanakan fungsinya, bahasa Indonesia harus memiliki ciri khas sehingga serasi dengan lambing-lambang kebangsaan yang lain. Hal tersebut menuntutu masyarakat pemilik dan pemakaiannya untuk membina dan mengembangkan sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur lain, baik daerah maupun asing yang tidak perlu benar.
3.      Alat Pemersatu Bangsa
Sebagai alat pemersatu bahasa, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia ini untuk mendapat keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang bersangkut dengan bahasa nasional, bahkan dapat meletakkan kepentingan nasional diatas kepentingan daerah atau golongan.


4.      Alat Penghubung Antardaerah dan Antarbudaya
Sebagai alat penghubung antar daerah dan antar budaya, bahasa Indonesia telah menunjukkan kemampuannya sejak berabad-abad yang lalu, semenjak bahasa tersebut bernama bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Juga dapat mengadakan tali marga atau komunikasi dengan suku-suku bangsa yang menghuni kawasan Indonesia. Bahasa Indonesia mampu menghubungkan jarak antara suku dengan suku lama, baik yang disebabkan oleh factor geografi maupun latakang social budaya dan bahasa daerah yang berbeda-beda.

        C.        Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
Selain fungsinya sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia dalam UUD 1945 juga menyatakan dirinya sebagai sebagai bahasa negara; yang mempunyai fungsi:
1.      Bahasa Resmi Negara
Di dalam hubungannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik secara lisan maupun tulis. Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh badan-badan kenegaraan lainnya, ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato kenegaraan dan penjelasan-penjelasan pemerintah kepada masyarakat di sampaikan dalam bahasa Indonesia.
2.      Bahasa Pengantar dalam Pendidikan
Telah dibuktikan bahwa sejak bangsa Indonesia diproklamasikan sebagai negara (17 Agustus 2013), bahasa Indonesia telah digunakan sebagai pengantar dalam dunia pendidikan menggantikan bahasa Belanda, kecuali TK dan tiga tahun SD, penggunaan bahasa daerah belum sama sekali dapat dihilangkan mengingat bahasa Indonesia masih dianggap sebagai kedua. Namun perkembangan membuktikan bahasa Indonesia semakin banyak digunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan dari semua jenjang dan jalur pendidikan.
3.      Alat Penghubung Pada Tingkat Nasional
Di dalam hubungan dengan fungsi, bahasa Indonesia bukan saja sebagai alat tali marga antar daerah dan suku, melainkan juga sebagai alat tali marga didalam masyarakat yang sama latar belakang social budaya dan bahasa.



4.      Alat Pengembang Kebudayaan
Ilmu pengetahuan dan teknologi penyebaran Ilmu dan teknologi baik melalui penulisan maupun penerjemahan buku-buku teks serta penyajiannya di lembaga-lembaga pendidikan maupun melalui penulisan buku-buku untuk masyarakat umum dan melalui sarana-sarana lain di luar lembaga-lembaga pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Indonesia.































        A.        Simpulan
            Mengapa Bahasa Melayu dijadikan bahasa Indonesia? Pemilihan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia didasarkan atas pertimbangan yang rasional, baik secara politik, ekonomi, dan kebahasaan, yaitu:
1.      Bahasa Melayu telah tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.
2.      Bahasa Melayu diterima oleh semua suku di Indonesia, karena telah dikenal dan digunakan sebagai bahasa pergaulan, tidak lagi dirasakan sebagai bahasa asing.
3.      Bahasa Melayu bersifat demokratis; maksudnya tidak membeda-bedakan tingkatan dalam pemakaian sehingga meniadakan sifat feodal dan memudahkan orang memperlajarinya.
4.      Bahasa Melayu bersifat reseptif; artinya mudah menerima masukan dari bahasa daerah lain dan bahasa asing sehingga mempercepat perkembangan bahasa Indonesia di masa mendatang.
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, yaitu:
1.      Lambang kebanggaan nasional;
2.      Lambang identitas nasional;
3.      Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya; dan
4.      Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda.
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara, yaitu:
1.      Bahasa resmi kenegaraan;
2.      Bahasa  pengantar di dunia pendidikan;
3.      Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; dan
4.      Alat pengembangan kebudayaan dan IPTEK.

         B.        Saran
Sebagai generasi penerus dan perubahan, kita harus bangga dengan bahasa Indonesia dan dapat memakai bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA


            Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung: Grasindo
            http://kristalonsinaga.blogspot.com/ diakses 06 Maret 2014
            http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia diakses 06 Maret 2014


Contoh puisi untuk anak SD, Judulnya Rindu Hati

RINDU HATI

Rindu hati... oh.... Rindu Hati
Indah mempesona, sawah berpetak-petak
Nan elok dikelilingi buki-bukit
Desa yang hijau, tenang, dan aman
Udaranya sejuk menusuk hati

Hasrat kuingin kembali ke sana
Aku akan menoreh kisah ini
Takkan pernah kulupakan
Indahnya Rindu Hati



Yones Sangkang

Contoh karangan kehidupan di desa, yang berjudul desaku yang dingin dan sejuk

Desaku yang Dingin dan Sejuk

            Saya tinggal di sebuah desa, namaya desa Wudi. Desa Wudi adalah salah satu dari 27 desa di Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Jarak tempuh dari desaku ke kota kecamatan 15 menit dengan kendaraan bermotor. Sedangkan, ke kota kabupaten ditempuh 30 menit. Desaku sangat dingin dan sejuk.  Pagi, sore dan malam hari udara terasa dingin sedangkan siang hari udaranya panas. Desaku berada di atas bukit, bagian utara terdapat hutan lindung yang masih hijau. Hamparan sawah yang berada di tengah desa menjadi pemandangan yang indah. Sumber mata air yang banyak, sehingga masyarakat tidak kekurangan air bersih.
            Sawah tidak begitu banyak, tetapi hasil perkebunannya bermacam-macam, seperti: kopi, cengkeh, kakao, vanili, kemiri, dan merica. Tiap hari masyarakat ke kebun untuk merawat tanamannya. Dalam membersihkan kebun, orang Manggarai menerapkan istilah do do dalam bahasa Indonesia, membersihkan kebun secara bergiliran, misalnya: hari ini di kebun si A, besok di kebun si B, dan seterusnya. Masyarakat biasanya memanen hasil perkebunannya satu kali dalam setahun, kecuali kakao bisa satu kali seminggu. Yang menjadi dampak buruk bagi masyarakat, jika gagal panen dalam setahun atau dua tahun. Masyarakat harus meminjam uang atau berutang untuk memenuhi kebutuhannya.
            Pekerjaan masyarakat 85% sebagai petani, 10% buruh dan pedagang, dan 5% guru dan pegawai. Desaku boleh dikatakan lumayan maju karena fasilitasnya sudah mencukupi. Jalan raya, Perusahaan Listrik Negara (PLN), Puskesmas Pembantu (Pustu), sekolah, dan tempat ibadah. Jalan raya dari desa ke kota sudah bagus, baik ke kota kecamatan maupun ke kota kabupaten, sehingga memudahkan transportasi untuk masuk ke desa. Dan masyarakat lebih mudah menjual hasil perkebunannya dan belanja untuk kebutuhan sehari-hari. Di Desaku mempunyai satu Sekolah Dasar yaitu Sekolah Dasar Katolik (SDK) Wudi dan satu Sekolah Menengah Pertama yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Cibal. Sejak berdirinya SMP ini 5 tahun yang lalu banyak siswa yang melanjutkan sekolah ke SMA. Karena sebelumnya mereka hanya tamat SD setelah itu membantu orangtua untuk bekerja di kebun maupun merantau.   
            Desaku termasuk kampung bersejarah, memiliki beberapa tempat bersejarah peninggalan nenek moyang kami dulu, seperti: Watu Dari, Wae Lanur, dan Leke Ndereng. Nenek moyang kami dulu namanya Lanur dan istrinya Timung Te’e. Watu Dari adalah tempat tinggal Lanur dan Timung Te’e. Dikatakan Watu Dari karena watu dari artinya batu tempat untuk berjemur, jika matahari terbit batu inilah yang terkena pertama sinar matahari pagi. Kebiasaan masyarakat berjemur, karena udara pagi sangat dingin di desaku. Wae Lanur adalah tempat mandi dan cucinya Lanur dan Timung Te’e. Dan Leke Ndereng adalah tempat keramas rambutnya Timung Te’e. Sekarang, tempat-tempat tersebut sebagai obyek wisata.          
            Kebiasaan masyarakat yang ramah menerima orang baru atau tamu. Tamu adalah orang paling istimewa. Kebudayaan kami, tamu dianggap orang yang paling dihormati dan dihargai. Misalnya: ketika ada tamu, baru makan daging atau ikan. Meskipun harus berutang untuk membeli daging atau pun ikan. Ketika ada tamu, baru minum teh, biasanya hanya minum kopi pahit. Istilah orangtua zaman dulu adalah bom tombo’s cokol, bom tura’s tuda artinya utang piutang tidak diperhitungkan, yang penting tamu tersebut dijamu dengan baik.        
            Kehidupan masyarakat Wudi sangat rukun dan harmonis tanpa memandang suku dan status sosial. Pada tahun 2006 mendapat pengahargaan dari Bupati Manggarai, Drs. Christian Rotok sebagai “Desa Sadar Hukum”. Karena tindakan kriminal tidak pernah terjadi di desa Wudi.

            Itulah gambaran singkat, desaku. Aku lahir dan dibesarkan di sini. Hingga aku bisa seperti sekarang ini. Nantikan kedatanganku desaku...

Contoh wacana dari fungsi bahasa

TUGAS IV

Nama: Yohanes Sangkang
NPM: A1G011121
Tugas: Analisis Wacana

Contoh wacana dari fungsi bahasa.
1.      Fungsi personal atau pribadi atau emotif

IPK yang semakin turun membuatku kecewa, karena selama ini aku telah berjuang untuk mengejar IPK yang tinggi. Tapi, mungkin cara belajarku yang kurang teratur sehingga membuat IPK-ku seperti itu. Semoga semester ini IPK-ku meningkat.

2.      Fungsi direktif atau instrumental atau retorikal

Perhatian!
Bagi para pengguna sepeda motor, harap menggunakan helm Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk mengurangi risiko kecelakaan.

3.      Fungsi fatik atau interpersonal atau interaksional

Yohanes  : Hy Bang!
Eduward : Hy Nes.
Yohanes  : Apa kabar Bang? Lama ngga bertemu.
Eduward : Puji Tuhan, baik-baik aja Nes. Abang selama ini ke luar kota.
                  Gimana denganmu?
Yohanes  : Baik-baik juga Bang. Hari Minggu setelah Misa kemana Bang?
Eduward : Di rumah aja, Nes.
Yohanes  : Kalo gitu, main ke asramaku nanti Bang. Kami ada acara bakar-bakar
                  jagung.
Eduward : Oke, Nes. Nanti Abang ke asrama.
Yohanes  : Thanks Bang. Sampai jumpa.
Eduward : Sampai jumpa, Nes.

4.      Fungsi referensial, representasional, kognitif, denotatif, atau informatif

Untuk Mahasiswa PPGT semester VI.
Setiap hari Sabtu pukul 08.00, kita mengadakan gotong royong untuk membersihkan lingkungan asrama. Terima kasih


5.      Fungsi metalingual atau metalinguistik

Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami halangan. Jenis vokal ditentukan oleh tiga faktor yaitu tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal tersebut.

6.      Fungsi imajinatif

Ayah

Di mana … akan kucari
Aku menangis, seorang diri
Hatiku, slalu ingin bertemu
Untukmu, aku bernyanyi

Untuk ayah tercinta
Aku ingin bernyanyi
Walau air mata di pipiku
Ayah dengarkanlah
Aku ingin berjumpa
Walau hanya dalam mimpi

Lihatlah .. hari berganti
Namun tiada seindah dulu
Datanglah, aku ingin bertemu

Denganmu, aku bernyanyi